Cuckold: Dari Aib Kuno Jadi Fenomena Seksual Modern

Cuckold: Dari Aib Kuno Jadi Fenomena Seksual Modern

Ilustrasi-Hubungan antarpasangan. (Dok. Freepik)

HALLONEWS.COM – Akhir-akhir ini di media sosial (medsos) dihebohkan dengan maraknya istilah cuckold. Apa sih yang dimaksud dengan cuckold?

Istilah cuckold mungkin belum familiar di telinga sebagian orang Indonesia. Namun, di dunia maya internasional, kata ini kerap muncul di forum, meme, bahkan konten budaya populer.

Advertisements
Banner Hardee new

Yang menarik, istilah cuckold yang dulu dianggap penghinaan kini justru bertransformasi jadi fenomena seksual modern yang ramai dibicarakan.

Secara etimologis, kata cuckold berasal dari “cuckoo” atau burung tekukur, yang terkenal karena menitipkan telurnya di sarang burung lain. Analogi ini dipakai sejak abad pertengahan untuk menyindir pria yang istrinya berselingkuh, bahkan membesarkan anak dari orang lain.

Dalam karya sastra, terutama naskah William Shakespeare, cuckold kerap dipakai untuk menggambarkan pria malang yang dipermalukan karena ketidaksetiaan pasangannya. Konotasinya jelas negatif: aib, hina, dan memalukan.

Di era modern, makna cuckold mengalami pergeseran drastis. Ia tak lagi sekadar julukan ejekan, melainkan juga istilah untuk sebuah fetish atau fantasi seksual.

Seorang pria bisa saja justru merasa terangsang ketika pasangannya berhubungan dengan pria lain, dengan syarat semua pihak sadar dan sepakat.

“Fenomena ini terkait dengan dinamika psikologis yang kompleks,” jelas Dr. Andri Setiawan, psikolog klinis dan konselor pernikahan. “Ada yang melihatnya sebagai bentuk penyerahan kendali, ada pula yang merasa terangsang oleh rasa cemburu. Jadi, bukan soal dikhianati, melainkan soal permainan peran yang disengaja.”

Menurut para pakar seksologi, fantasi cuckold sering muncul pada pasangan yang punya komunikasi terbuka dan rasa percaya yang tinggi. Rasa malu, cemburu, bahkan inferioritas bisa bercampur dengan gairah.

“Kalau dilihat dari kacamata klinis, ini termasuk varian dari consensual non-monogamy,” ujar Dr. Nurul Hidayah, pakar seksologi dari sebuah universitas di Jakarta. “Selama semua pihak setuju dan tidak ada paksaan, maka hal ini bisa dianggap sebagai preferensi, bukan penyimpangan. Yang jadi masalah adalah ketika ada ketidakjujuran.”

Budaya Pop dan Internet

Fenomena cuckold juga masuk ke budaya populer. Forum daring seperti Reddit punya komunitas khusus yang membahasnya.

Beberapa film independen dan serial juga mulai mengangkat isu ini, meski masih kerap dibungkus dengan humor atau sensasi. Di TikTok, istilah ini kadang muncul dalam konten satir atau kisah “hubungan terbuka” yang sedang tren di kalangan anak muda.

“Internet membuat istilah yang tadinya tabu menjadi lebih mudah diakses. Bagi sebagian orang, ini jadi bahan eksplorasi, bagi yang lain jadi bahan olok-olok,” kata Dr. Michael Tan, sosiolog budaya. “Perubahan makna cuckold mencerminkan betapa cepatnya norma seksual bergeser di era digital.”

Fenomena cuckold menunjukkan satu hal penting: makna cinta, kesetiaan, dan seksualitas tidak statis. Dari istilah yang dulu menjadi simbol aib, kini ia bisa dipakai untuk menggambarkan sebuah fantasi yang dijalani secara sadar.

Namun, baik dalam arti klasik maupun modern, cuckold tetap berhubungan dengan pertanyaan mendasar: bagaimana kita memaknai hubungan? Apakah cinta berarti kepemilikan, kesetiaan mutlak, atau justru ruang untuk bereksperimen bersama?

Seperti halnya tren lain dalam seksualitas, kuncinya tetap sama: komunikasi, konsensual, dan saling menghargai. (*)

Bagikan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *